“Menghancurkan sistem tidak selalu butuh senjata. Cukup rapat yang panjang, birokrasi yang kaku, dan kebiasaan menunda.”
Taktik sabotase CIA, 1944
Di banyak ruang rapat hari ini dari kantor pemerintahan, organisasi mahasiswa, hingga korporasi besar kita menyaksikan hal yang tampaknya biasa: diskusi berlarut-larut, pembentukan panitia kecil untuk hal sepele, penundaan keputusan demi “musyawarah”, dan pemaksaan aturan lama meski konteks sudah berubah. Semua ini mungkin terlihat sebagai bagian dari dinamika organisasi yang normal.
Namun, dalam dokumen rahasia CIA tahun 1944, perilaku-perilaku ini dikategorikan sebagai taktik sabotase. Bukan main-main. Ini adalah strategi resmi dari badan intelijen Amerika Serikat yang bertujuan melemahkan musuh dari dalam tanpa tembakan satu pun.
Panduan Sabotase CIA: Buku Kecil, Dampak Besar
Pada puncak Perang Dunia II, Office of Strategic Services (OSS) lembaga pendahulu CIA menerbitkan sebuah dokumen rahasia berjudul:
“Simple Sabotage Field Manual” (Strategic Services Field Manual No. 3, 1944)
Tujuan buku ini sederhana tapi sangat brilian: mengajari warga sipil dan agen rahasia cara menghancurkan efektivitas organisasi musuh dengan metode yang tidak mencolok, legal, dan sangat ‘normal’. Alih-alih sabotase fisik seperti meledakkan jembatan atau menyabotase pabrik, manual ini mendorong sabotase perilaku dan manajerial.
Beberapa instruksi yang tampak sederhana namun mematikan antara lain:
“Selalu sarankan pembentukan komite untuk keputusan apapun.”
“Bicaralah panjang lebar, gunakan istilah teknis untuk membingungkan.”
“Usulkan hal-hal yang sudah diputuskan sebelumnya untuk dibahas ulang.”
“Patuhi aturan secara ekstrem, bahkan jika tidak relevan.”
“Tunda keputusan demi mendapatkan persetujuan dari otoritas tertinggi.”
Jika kita jujur, hampir semua organisasi hari ini pernah melakukan itu. Yang jadi pertanyaan: apakah kita sedang membangun, atau sedang menyabotase organisasi kita sendiri?
Kita Semua Berpotensi Jadi Sabotir
Inilah bagian yang menarik dan ironis: manual sabotase CIA tersebut menggambarkan tindakan-tindakan yang sangat wajar dalam konteks kerja sehari-hari. Tidak ada satu pun tindakan ilegal di dalamnya. Tidak perlu keahlian khusus. Tidak perlu niat jahat. Hanya butuh satu hal: kesetiaan terhadap proses, bukan terhadap tujuan.
Itu sebabnya, saboteur (penyabot) terbaik adalah orang yang:
Selalu mengikuti prosedur, namun menolak inisiatif.
Berdebat panjang tentang istilah, tapi tidak menyumbang solusi.
Mengusulkan “rapat lanjutan” alih-alih mengambil keputusan langsung.
Mengutip AD/ART atau SOP bahkan dalam hal yang seharusnya fleksibel.
Tanpa sadar, banyak dari kita pernah melakukannya. Maka, pertanyaannya bukan lagi “siapa sabotirnya?”, tapi “seberapa sering kita menjadi sabotir dalam sistem kita sendiri?”
Dari Intelijen ke Ilmu Sosial: Mengapa Ini Relevan?
Dalam literatur sosiologi organisasi, apa yang dijabarkan oleh panduan sabotase CIA ini memiliki padanan teoretis. Max Weber, dalam konsepsi tentang birokrasi modern, menggarisbawahi bagaimana sistem rasional bisa terperangkap dalam “kandang besi” (iron cage) yaitu struktur yang efisien secara formal tapi kehilangan makna substantif.
Begitu pula Charles Perrow, dalam Complex Organizations, menyebutkan bahwa organisasi besar rentan terhadap “disfungsi internal” yaitu kegagalan yang diakibatkan bukan oleh ancaman eksternal, tetapi oleh kekakuan dan kerumitan internal itu sendiri.
Dengan kata lain, organisasi modern punya potensi bunuh diri struktural dan panduan CIA itu hanyalah cara untuk mempercepatnya.
Apa Jadinya Jika Semua Orang Menunda dan Memprosedurkan Segalanya?
Bayangkan jika:
Semua keputusan diundur karena “belum rapat.”
Semua perubahan dihambat karena “belum ada landasan formal.”
Semua aksi inovatif ditunda karena “harus tunggu persetujuan atasan.”
Maka organisasi akan terjebak dalam stagnasi yang parah. Bukan karena ada yang ingin merusak, tapi karena semua orang ingin “bermain aman.”
Inilah bentuk sabotase paling halus dan paling sulit dilawan: sabotase yang dikemas sebagai ketertiban, kehati-hatian, dan profesionalisme.
Refleksi: Jangan Jadi Agen CIA di Dalam Organisasimu
Tentu, konteks sekarang tidak sedang dalam perang dunia. Tapi prinsip yang sama berlaku. Dalam dunia yang menuntut respons cepat, kerja kolaboratif, dan ketegasan, menjadi terlalu birokratis bisa berarti menjadi kontra-produktif.
Maka, saat kamu:
Terlalu lama membuat keputusan,
Memaksa mengikuti prosedur yang usang,
Menunda aksi demi “forum resmi”,
Mengutip aturan lama dalam konteks yang sudah berubah,
…mungkin kamu tidak bermaksud buruk. Tapi bisa jadi, kamu sedang menjalankan strategi CIA tahun 1944 dengan sangat baik.
Penutup: Dari Sabotase CIA ke Kesadaran Kolektif
Panduan sabotase CIA seharusnya tidak dibaca hanya sebagai dokumen sejarah perang. Ia adalah cermin tajam yang memantulkan wajah banyak organisasi hari ini: terlalu lambat, terlalu prosedural, terlalu takut berubah.
Kita perlu bertanya ulang: apakah kita sedang membangun sistem yang gesit, atau sedang memelihara jebakan prosedural yang memperlambat diri sendiri?
Bukan hanya pemerintah. Bukan hanya kampus. Tapi juga komunitas, organisasi mahasiswa, bahkan kelompok kecil sekali pun. Bila kita tidak berhati-hati, kita bisa jadi agen sabotase paling efektif bagi diri kita sendiri.
Referensi :
OSS. (1944). Simple Sabotage Field Manual. Strategic Services Field Manual No. 3.
Central Intelligence Agency. (2015). Declassified OSS Simple Sabotage Manual.
Weber, M. (1947). The Theory of Social and Economic Organization. Free Press.
Perrow, C. (1986). Complex Organizations: A Critical Essay. McGraw-Hill.
Scott, W. R. (2003). Organizations: Rational, Natural, and Open Systems. Prentice Hall.