Labels

Tampilkan postingan dengan label Traveling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Traveling. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Oktober 2014

KAMPUNG SUKU DAYAK PAMPANG

tidak perlu menulusuri hutan rimba jika hanya ingin melihat suku dayak teliga panjang dan ber tatto khas dayak karena di Pampang yang Letaknya tidak terlalu jauh dari kota Samarinda, kita bisa menemukan Suku Dayak Kenyah yang tinggal di daerah ini setelah bermigrasi tahun 1967 dari kampung halaman asli mereka di Apokayan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. 


Pampang adalah suatu daerah di sei siring yang termasuk ke dalam wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Pampang merupakan kawasan wisata adat dayak yang telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya kota Samarinda. Perjalanan ke kampung adat Pampang terbilang mudah , tidak perlu naik turun gunung ditengah belantara hutan seperti yang kita bayangkan sebelumnya, karena fasilitas akses jalan menuju kesana sudah memadai , jalan sudah beraspal mulus. Mungkin memang sudah adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk mempersiapkan Perkampungan Dayak Kenyah ini sebagai obyek wisata andalan Kalimantan Timur.

Suku Dayak Pampang adalah sub etnis dari Dayak Kenyah, menurut cerita dari penduduk disana pada awalnya Pampang merupakan hutan belantara, tapi setelah 35 warga dari Dayak Kenyah Desa Long Us , Apokayan, Kabupaten Bulungan berpindah tempat tinggal dan menetap di Pampang akhirnya berkembang sampai seperti sekarang ini. Hingga penduduknya berkembang sampai 1000an jiwa.    Alasan lain dari migrasi penduduk itu ialah karena Suku Dayak yang berdomisili di wilayah Kutai Barat dan Malinau, hijrah karena tidak mau bergabung  dan tak ingin ikut ke wilayah Malaysia. Rasa nasionalisme ini yang membuat mereka memilih bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah berpindah – pindah selama bertahun tahun dengan berjalan kaki, akhirnya sampailah ditempat dimana sekarang yang di sebut Pampang.


Pampang merupakan sebuah taman budaya yang menarik dimana Anda bisa memahami kehidupan suku Dayak Kenyah. Pengunjung bisa melihat tarian menarik yang dilakukan oleh anak-anak remaja dan orang dewasa suku ini. Acara ini dilakukan dalam Lamin atau rumah adat suku Dayak. Biasanya 8 tarian dilakukan dalam satu pertunjukan seperti tari nyelamai Sakai (tarian menyambut tamu), ajay (tarian perang), enggang terbang dan berburu (tarian berburu).
ajay (tarian perang)
sebelum pertunjukan di mulai orang tua ini perform sendiri,, hehee
Sakai (tarian menyambut tamu)





di akhir pertunjukan pengunjung mulai di ajak ke depan ikut menari bersama dan sedikit atraksi





Perlu diketahui bahwa pertunjukan seni di Pampang hanya diadakan pada hari Minggu dari 14:00 sampai 15:00. Ketika Anda mengunjungi desa ini pada hari-hari lain (di luar jadwal acara)  maka Anda tidak akan menemukan sesuatu yang istimewa karena masyarakat Dayak Kenyah sibuk melakukan kegiatan sehari-hari mereka.
Jika Anda ingin membeli suvenir, lebih baik datang satu jam sebelum pertunjukan. Masyarakat Dayak Kenyah biasanya membuka toko mereka mulai pukul 10:00 atau 11.00, setelah pertunjukan  biasanya mereka akan menutup kios. Setelah pertunjukan Anda dapat berfoto dengan anak-anak atau remaja lokal dalam pakaian tradisional mereka.

Rabu, 29 Oktober 2014

Kehidupan di Balik Tembok Keraton Kanoman: Antara Tradisi, Kesederhanaan, dan Keceriaan


Ketika mendengar kata "bangsawan", banyak orang membayangkan kehidupan yang penuh kemewahan dan hak-hak istimewa. Namun, di balik tembok Keraton Kanoman Cirebon, ada cerita yang berbeda—sebuah kehidupan yang lebih sederhana, penuh kebersamaan, dan tetap menjaga nilai-nilai tradisi.

Anak-Anak Bangsawan: Tumbuh dengan Kebebasan dan Keceriaan

Di pelataran keraton yang luas, anak-anak keluarga bangsawan berlarian bebas, bermain layaknya anak-anak pada umumnya. Mereka menikmati hari-hari dengan penuh keceriaan, menjelajahi setiap sudut halaman keraton, dan tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan keseimbangan antara tradisi dan kehidupan modern.

Meski terlahir dari keluarga ‘darah biru’, mereka tidak terkurung dalam batasan kemewahan yang sering diasosiasikan dengan bangsawan. Mereka mengalami masa kecil yang sama seperti anak-anak lainnya—bermain petak umpet, berlarian tanpa alas kaki, dan mengembangkan jiwa petualang mereka dengan cara yang sederhana namun bermakna.

Makanan yang Sama, Kebersamaan yang Berharga

![Foto: Keluarga sedang makan bersama]

Kehidupan di dalam keraton tidak jauh berbeda dengan masyarakat biasa, termasuk dalam hal makanan. Hidangan yang tersaji di meja mereka adalah makanan sehari-hari yang juga dinikmati oleh rakyat kebanyakan. Tidak ada sajian istimewa yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan.

Momen makan bersama menjadi waktu yang penuh kebersamaan—tertawa, berbincang, dan saling berbagi cerita. Kesederhanaan inilah yang justru menjadi kekuatan, menjaga hubungan keluarga tetap erat di tengah tuntutan tradisi dan tanggung jawab sebagai penerus budaya.

Tradisi yang Terjaga di Tengah Perubahan Zaman

Meski hidup dalam kesederhanaan, nilai-nilai budaya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan di Keraton Kanoman. Setiap generasi diajarkan untuk menghormati adat istiadat, menjaga warisan leluhur, dan memahami sejarah panjang yang telah membentuk identitas mereka.

Tembok keraton yang gagah bukan sekadar pembatas fisik, tetapi juga simbol dari perjalanan sejarah yang terus dijaga. Di dalamnya, kehidupan berjalan harmonis antara masa lalu dan masa kini—antara tradisi yang tetap hidup dan modernitas yang terus berkembang.

Kemewahan Bukanlah Segalanya

Kisah di balik tembok Keraton Kanoman mengajarkan kita bahwa menjadi bagian dari keluarga bangsawan tidak selalu berarti hidup dalam gemerlap kemewahan. Ada nilai yang lebih berharga. kesederhanaan, kebersamaan, dan tanggung jawab untuk menjaga budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Kehidupan mereka mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari kemewahan, tetapi dari momen-momen kecil yang penuh makna. Dan di balik tembok keraton yang kokoh, ada cerita kehidupan yang tak jauh berbeda dari kita semua.







kehidupan  mereka  tidak  jauh  berbeda   dengan masyarakat umumnya.

yang satu ini berjiwa petualang



fulan bersama putri keraton kanoman










WONDERFUL SUNYARAGI Jalan-Jalan ke Gua Sunyaragi: Sejarah, Labirin, dan Mitos Jomblo

Jalan-Jalan ke Gua Sunyaragi: Sejarah, Labirin, dan Mitos Jomblo

Waktu pertama kali dengar nama Gua Sunyaragi, saya nggak langsung kepikiran ini tempat bersejarah. Tapi pas sampai di lokasi, wah… langsung berasa kayak masuk ke dunia lain! Gua Sunyaragi ini ada di Kota Cirebon, tepatnya di tepi Jalan By Pass Brigjen Dharsono. Luasnya sekitar 15 hektar, dan yang bikin unik, dulu tempat ini dikelilingi Danau Jati, jadi kesannya kayak gua yang mengapung di atas air.

Begitu masuk, gerbangnya langsung bikin terkesima. Gerbang luarnya berbentuk candi bentar, mirip yang ada di pura-pura Bali, sedangkan gerbang dalamnya berbentuk paduraksa, khas bangunan kerajaan zaman dulu. Dari luar, tampilan bangunannya juga nggak kalah keren—banyak motif batu karang dan awan, bikin suasana di sini makin mistis tapi estetik.


Dua Bagian Gua Sunyaragi

Tempat ini punya dua bagian utama: pesanggrahan dan gua-gua batu.

  • Pesanggrahan adalah tempat tinggal dan istirahat para Sultan Cirebon dan keluarganya. Di sini ada serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah, serta taman dengan kolam. Bisa kebayang, zaman dulu Sultan dan keluarganya mungkin sering bersantai di sini menikmati suasana yang damai.

  • Bangunan gua terdiri dari struktur berbentuk gunung-gunungan dengan banyak lorong kecil yang saling terhubung. Di dalamnya ada terowongan bawah tanah dan sistem aliran air yang bikin gua ini dulu terlihat terapung. Pas masuk ke dalam, saya langsung kepikiran film Tomb Raider—lorong-lorongnya bikin suasana jadi misterius dan seru.


Teknologi Bangunan yang Unik

Nah, yang bikin saya makin kagum adalah teknologi bangunannya. Gua Sunyaragi ini dibangun dengan metode yang nggak biasa dan bisa dibilang sangat maju untuk zamannya.

  1. Material Bangunan

    • Struktur gua ini dibuat dari batu karang laut, yang kalau dilihat sekilas, teksturnya mirip batu karang di dasar laut.

    • Batu-batu ini direkatkan dengan campuran putih telur, serbuk batu bata, dan kapur, sebuah teknik konstruksi yang kuat dan tahan lama.

    • Perpaduan material ini bikin bangunan tetap kokoh meski sudah berusia ratusan tahun.

  2. Sistem Aliran Air

    • Dulu, Gua Sunyaragi dikelilingi oleh Danau Jati. Air dari danau ini mengalir ke dalam kompleks gua melalui saluran yang dirancang khusus.

    • Ada sistem drainase yang memungkinkan air mengalir dengan lancar, sekaligus memberikan efek “terapung” pada gua.

    • Air juga dimanfaatkan untuk mengatur suhu di dalam gua, jadi meskipun cuaca di luar panas, di dalam gua tetap terasa sejuk.

  3. Ventilasi Alami

    • Lubang-lubang kecil di dalam gua berfungsi sebagai ventilasi alami. Ini membantu sirkulasi udara, sehingga suasana di dalam gua tetap segar.

    • Desain ini membuktikan bahwa arsitektur Nusantara zaman dulu sudah memahami pentingnya keseimbangan antara struktur bangunan dan lingkungan.

  4. Labirin dan Keamanan

    • Gua ini memiliki banyak lorong yang saling terhubung, mirip labirin.

    • Konon, ini bukan sekadar desain artistik, tapi juga strategi pertahanan. Jika ada musuh yang masuk, mereka bisa tersesat di dalam gua.

    • Terowongan bawah tanah juga diduga digunakan sebagai jalur pelarian rahasia.


Patung dan Mitos Jomblo

Di dalam kompleks ini, ada beberapa ornamen menarik. Ada patung Gajah, Patung Garuda, dan yang paling terkenal: Patung Perawan Sunti.

patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda

Nah, patung yang satu ini punya mitos unik—katanya, siapa pun yang menyentuhnya bakal sulit dapat jodoh. Saya sih nggak berani ambil risiko, jadi lebih memilih menikmati pemandangannya dari jauh, hahaha!


Asal-Usul Nama Sunyaragi

Nama "Sunyaragi" berasal dari bahasa Sanskerta. "Sunya" artinya sepi, sedangkan "ragi" berarti raga. Tempat ini memang dibangun sebagai lokasi meditasi dan menyepi bagi Sultan Cirebon dan keluarganya. Dan setelah jalan-jalan ke sini, saya bisa ngerti kenapa—suasananya memang tenang dan adem, bikin betah berlama-lama.


Kesimpulan

Buat yang suka sejarah atau sekadar ingin eksplor tempat unik, Gua Sunyaragi wajib masuk daftar kunjungan. Selain pemandangannya keren, tempat ini juga punya banyak cerita menarik. Dari labirin yang bikin penasaran, sistem bangunan yang luar biasa, sampai mitos jomblo yang bikin deg-degan, semuanya bikin pengalaman ke sini nggak terlupakan!


Pintu gerbang luar Gua Sunyaragi berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa.
struktur bangunan terbuat dari karang laut yang di rekatkan dengan putih telur dan serbuk batu bata... di bangun oleh Pangeran Arya Carbon tahun 1720. dengan sistem sanitasi yang luar biasa dulunya kompleks bangunan ini di penuhi aliran air membuat gua sunyaragi spt terapung,









Berikut adalah sumber referensi yang lebih jelas mengenai Gua Sunyaragi:

  1. Sejarah & Arsitektur

  2. Teknologi Bangunan

  3. Mitos & Budaya

  4. Informasi Wisata