Jumat, 28 November 2014

Filosofi Pria dan Rambut Panjang


Kita selalu berpikiran bahwa rambut hanyalah tentang penampilan. Terutama bagi wanita, mampu menghabiskan jutaan rupiah demi menjaga rambutnya yang panjang layaknya sebuah mahkota. Namun untuk sebagian kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode. Kaum pria mempunyai pandangan yang lebih filosofis terhadap rambut panjang. Seperti apa pemikiran pria dan rambut panjangnya?

Rambut adalah salah satu bentuk cara untuk menginterpretasikan karakter seseorang. Kadang status kehidupan seorang laki-laki juga dapat terlihat dari jenis rambutnya. Contohnya, lelaki berambut pendek sering dipandang sebagai seseorang yang senang berada di bawah aturan, pekerja harian atau karyawan. Sedangkan lelaki berambut panjang dipandang sebagai seseorang yang senang membelot, seniman atau memiliki pandangan di luar mainstream. Tetapi perbedaan pandangan itu hanyalah gambaran sempit saja, karena persepsi setiap orang akan suatu hal pastilah berbeda. Dan ketika kamu melihat seorang pria dengan rambutnya yang panjang, apa yang terlintas di benakmu?
Istilah “Hati tak sesuai dengan kenyataan” telah merasuk di kehidupan kaum pria masa kini. Di masa yang maju seperti sekarang, masa yang penuh dengan birokrasi dan aturan yang bersifat bias, banyak lelaki yang rela merubah penampilannya demi mendapatkan pekerjaan yang layak. Peraturan bekerja di sebuah perusahaan yang mengharuskan seorang lelaki untuk menenggelamkan karakternya; Dan salah satu peraturan yang sangat signifikan adalah, seorang pria harus berambut pendek dan juga rapih. Itulah faktor terkuat yang menyebabkan seorang lelaki mencukur rambutnya, dengan alibi untuk masa depan yang lebih baik.
Tahukah kamu, di beberapa negara dan budaya, esensi dari mencukur rambut bersifat sensitif. Pria yang mencukur rambutnya bisa menjadi hal yang sangat sakral baginya. Jika di zaman sekarang laki-laki mencukur rambut hanya karena faktor tuntutan hidup, maka faktor itu tidak akan berarti apa-apa jika kamu mengetahui sejarah dan fakta tentang pria dan rambut panjangnya.
Kisah rambut panjang berawal dari Samson, adalah seorang pria utusan Tuhan yang mempunyai kekuatan melebihi manusia biasa. Samson dengan tangan kosong dapat melawan seekor singa, bahkan dia mampu menghancurkan sebuah kavaleri musuh tanpa bantuan siapa-siapa. Samson kekar dan sangat perkasa, namun ia sangat takut dengan pisau cukur. Mengapa? Karena kelemahannya terletak di rambut. Dia akan kehilangan kekuatannya jika rambutnya tercukur. Maka saat rambutnya dicukur oleh kekasihnya yang pengkhianat bernama Delilah, Samson murni menjadi manusia normal. Dan dengan rambut pendeknya dia hanya menjadi budak.
Kisah Samson bukan sekedar dongeng penghantar tidur belaka, tetapi kisah ini menganut atas sebuah ajaran agama. Berawal dari ajaran lama Nasrani, mereka mempunyai kepercayaan untuk tidak memotong rambut. Tertulis dalam Kitabnya bahwa mencukur rambut adalah larangan. Mereka pun meyakini bahwa kekuatan laki-laki terletak di rambutnya. Tidak hanya itu saja, Dewa-dewa dalam Yunani Kuno seperti Zeus, Apollo, dan penguasa lautan Poseidon juga memiliki rambut yang panjang. Dalam Yunani sebelum abad keenam, rambut panjang adalah simbol dari kemakmuran dan kekuatan, sementara lelaki dengan rambut yang tercukur pendek digambarkan sebagai budak.
Sedangkan kepercayaan rambut panjang dalam ajaran Sikh disebut Kesh. Secara spiritual Kesh adalah simbol akan pengabdian dari umat kepada Tuhannya. Mereka membiarkan rambutnya tumbuh panjang  dan tak pantang untuk mencukurnya. Bagi mereka rambut adalah lambang kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak memotong rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh Tuhan. Dan Kesadhari, adalah sebutan bagi seseorang yang menganut ajaran ini. Seorang Kesadhari harus memakai Sorban untuk menutupi rambutnya yang panjang. Arti dari sorban pun memiliki arti tersendiri bagi mereka.
Selain dari lini agama, lini kebudayaan pun juga kental kaitannya akan sebuah filosofi dari rambut panjang. Di Inggris kuno, pria dengan rambut panjang digambarkan sebagai seseorang yang berpandangan artistik dan bijaksana. Sedangkan dalam Kebudayaan Barat, lelaki berambut panjang melakukan revolusi melalui musik dan kasih sayang, kaum revolusi ini menamakan dirinya Hippies.
Di daerah Barat khususnya Amerika, mempunyai penduduk asli yang bernama Indian. Dalam kebudayaan Indian, semakin panjang rambut laki-laki maka dia akan terlihat semakin tampan. Dan di balik panjangnya rambut seorang Indian, terdapat kepercayaan bahwa misteri alam dan kehidupan tersimpan di sehelai rambut. Mereka percaya bahwa sehelai rambut erat kaitannya dengan jiwa dan tubuh si pemilik. Oleh sebab itu mereka tak akan membiarkan sehelai pun rambut jatuh ke tangan musuh, karena musuh dapat menggunakan rambut tersebut untuk menyakiti si pemiliknya. Maka semua rambut yang rontok akan mereka bakar.
Kemudian ada sebuah budaya tentang rambut panjang yang menggimbal di kepala. Sebuah pergerakan tentang perjuangan dan kedamaian yang bernama Rastafara. Bagi mereka, memanjangkan rambut dan membuatnya menjadi gimbal adalah suatu perjalanan spiritual, karena membutuhkan kesabaran untuk menunggu rambut terbentuk menjadi gimbal. Bagi Rasta, pisau cukur, gunting, dan sisir adalah penemuan dari bangsa Romawi; Sedangkan Rasta menentang dan melawan Babilonia. Perlawanan ini juga menyimbolkan rambut gimbal sebagai ‘Singa Yehuda’.
Kini, sudah banyak non-Rastafara yang membentuk rambutnya menjadi gimbal, tidak memanjangkan secara murni tetapi mengekstensi rambutnya sehingga panjang dan gimbal. Dengan alasan karena menyukai prinsip atau mendukung dan melestarikan kebudayaan
Rastafara. Namun, sayangnya banyak juga orang-orang yang tidak mengerti apa arti sesungguhnya dari rambut gimbal tetapi orang-orang itu menggimbalkan rambutnya hanya sekedar untuk mode dan bertindak tak sesuai dengan prinsip dan budaya dari Rastafara. Inilah yang dapat merusak citra dari rambut panjang gimbal para Rastafara.
Di Asia rambut panjang adalah sebuah jiwa, bahkan kehormatan dan harga diri seorang pria terletak di rambutnya yang panjang. Jepang pada abad pertengahan adalah masa dimana karakter awal akan sebuah negara terbentuk. Tak hanya dari segi pemerintahan tetapi juga kebudayaan. Budaya yang sampai sekarang masih terjaga adalah, esensi dari mencukur rambut. Pada zaman edo, para pria mempunyai rambut yang panjang dan diikat membentuk simpul di belakang kepala. Para Samurai, mereka tidak akan mencukur rambutnya tanpa alasan yang jelas, karena jika mereka lakukan itu menandakan bahwa mereka merasa telah kalah dalam perang dan terhinakan. Jika seorang Samurai memotong rambut panjangnya dengan sengaja maka dia tak akan lagi menjadi Samurai, dia tak boleh ikut berperang dan hanya menjadi rakyat biasa atau petani, dan menjadi ahli agama. Budaya kuno itu masih terjaga sampai sekarang, namun pengertiannya saja yang berbeda. Jika zaman dahulu orang Jepang mencukur rambut karena alasan kalah berperang, maka di masa sekarang orang Jepang akan memotong rambut saat dia merasakan kegagalan dalam suatu hal di hidupnya.
Begitulah filosofi pria dan rambut panjangnya. Ada yang mempertahankan rambut panjangnya karena prinsip dan kebudayaan, ada juga yang pantang mencukurnya karena kepercayaan dan pengabdian kepada agamanya. Namun perubahan kultur dan zaman membuat etimologi dari rambut panjang menjadi berbeda. Mungkin di masa kini lelaki yang berambut panjang hanya dipandang sebelah mata, tetapi kamu dapat berpikir dan memahami lebih dalam tentang  ini semua.
Dan pertanyaannya adalah, setelah kamu melihat sejarah dan kepercayaan yang tertulis di atas tadi, apakah caramu melihat lelaki yang berambut panjang berbeda dari sebelumnya? Apa yang terlintas di benakmu? [satria gumilang]

Jumat, 21 November 2014

Misteri Kisah Hilangnya Cincin Nabi Sulaiman Menjadi Miskin

Wahab bin Munnabbih mengatakan, Sulaiman senantiasa memakai cincin di jarinya. Dia tidak pernah melepaskannya siang dan malam. Apabila masuk ke toilet, dia mencopotnya dan menitipkan kepada orang yang dipercayainya. Pada cincin tersebut tertulis ismul A'zham (nama Allah yang Agung). Pada suatu ketika, dia mencopot cincin tersebut dan menitipkannya kepada seorang hamba sahaya wanita. Salah seorang setan datang kepada hamba sahaya tersebut dalam rupa Sulaiman. Si hamba sahaya tidak meragukan lagi orang itu adalah Sulaiman. 

Dia(setan) ambil cincin tersebut darinya dan mengenakan ke jarinya. Kemudian dia pergi lalu duduk di atas kursi Sulaiman. Bala tentaranya, dari golongan manusia, jin, dan burung, datang dan berdiri dihadapannya seperti biasanya. Mereka menyangka orang tersebut adalah Sulaiman.

Tatkala Sulaiman keluar dari toilet, dia meminta cincinnya dari si hamba sahaya. Si hamba sahaya memandangi Sulaiman, dia melihat rupa Sulaiman telah berubah. Kemudian dia berkata, 'Kamu siapa?' Sulaiman menjawab, 'Aku adalah Sulaiman bin Dawud.' Si hamba sahaya berkata, 'Sulaiman telah mengambil cincinnya, lalu pergi dan duduk di atas kursinya.' Mendengar hal itu, Sulaiman tahu bahwa setan telah memperdaya si hamba sahaya lalu mengambil cincin darinya. Sulaiman lari ke padang pasir dan tempat sunyi. Dia merasakan lapar dan haus. Kadang-kadang dia meminta kepada orang-orang untuk memberinya makanan. Dia berkata, 'Aku adalah Sulaiman bin Dawud.' tetapi orang-orang tidak mempercayainya.

Sulaiman a.s. menjalani keadaan seperti itu selama empat puluh hari, dengan perut lapar, baju lusuh, dan tidak berpenutup kepala. Selanjutnya, dia datang ke sebuah pantai. Di sana dia melihat sejumlah nelayan. Kemudian dia menemani mereka dan bekerja bersama mereka.

Pada saat itu, Ashif bin Barkhaya berkata, 'Wahai Bani Israil. sesungguhnya cincin Sulaiman telah dicuri oleh setan. Sulaiman sendiri kabur menjauh dari kita.' Tatkala setan duduk di atas kursi mendengar perkataan itu, ia kabur menuju laut dan cincin yang ada di jarinya dilemparkan ke laut itu. Cincin tersebut kemudian ditelan seekor ikan yang ada di laut itu. Sulaiman diperintahkan oleh Allah untuk memburu ikan tersebut. Akhirnya, dia menemukan ikan yang menelan cincinnya itu. Di bedah perut ikan tersebut, ternyata di dalamnya ada cincin Sulaiman. Diambil cincin itu, kemudian dia kenakan ke jarinya, lalu sujud bersyukur kepada Allah. Ketika itu juga di berdiri lalu kembali ke kursinya dan duduk di atasnya.

Firman Allah:
"Dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian dia bertobat". (QS 38:34)

Wahab bin Munabbih mengatakan, penyebab diambilnya cincin dan dikembalikan kepada Sulaiman adalah dalam suatu peperangan Sulaiman menaklukan Raja Yunani. Raja tersebut dibunuh, kerajaan dan hartanya dikuasai dan anak-anaknya ditawan. Di antara anak-anak raja tersebut ada seorang anak gadis yang cantik tidak ada tandingnya. Sulaiman sangat mencintainya. Dia tidak sabar barang sesaat pun untuk berpisah dengannya. Kecintaan Sulaiman terhadapnya menyisihkan kepada istri-istrinya yang lain. Pada suatu hari, Sulaiman menemuinya. Dia menjumpainya sedang bersedih. Sulaiman berkata kepadanya, 'Ada apa denganmu?' Wanita itu menjawab,' Aku teringat kepada bapakku dan kerajaannya. Aku memohon kepadamu agar menyuruh beberapa jin untuk membuatkan patung bapakku sehingga setiap kali aku melihatnya kesedihanku bisa hilang.

Atas permintaan tersebut, Sulaiman menyuruh jin 'Ifrit yang bernama Shakhr al-Marid untuk membuatkannya. Maka, jin 'Ifrit itu membuat sebuah patung yang seperti bapaknya yang hampir saja bisa berbicara. Wanita itu mendandani patung tersebut dan memakaikannya mahkota dan berbagai perhiasan. Selanjutnya, apabila Sulaiman mengunjungi para tentaranya, wanita tersebut dan para hamba sahaya yang ada di sekelilingnya bersujud kepada patung itu. Hal itu terus-menerus dilakukan selama empat puluh hari, sementara Sulaiman tidak mengetahuinya. Kemudian berita tersebut sampai ke telinga Ashif bin Barkhaya, orang kepercayaan Sulaiman.

Suatu waktu, Ashif duduk di atas singgasana Sulaiman, dia memberikan petuah kepada orang-orang dan memuji semua nabi terdahulu dan tidak menyinggung-nyinggung sedikit pun tentang Sulaiman. Karena hal itu, Sulaiman berubah. Setelah Ashif beres dari majelisnya dan Bani Israil telah meninggalkan majelis tersebut, Sulaiman berkata kepada Ashif, 'Mengapa engkau tidak menceritakanku beserta sejumlah nabi yang engkau ceritakan?' Ashif menjawab, 'Bagaimana aku menceritakanmu, sementara di rumahmu ada berhala yang disembah sejak empat puluh hari karena seorang perempuan.' Setelah mengetahui alasan yang sebenarnya, maka Sulaiman memerintahkan untuk menghancurkan patung itu dan menghukum wanita tersebut.

Dia Sulaiman masuk ke tempat peribadatannya. Di sana, dia menangis dan menundukkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, dia dicoba dengan hilangnya cincin dan dicopot kerajaannya dalam rentang waktu yang sama dengan waktu disembahnya berhala di rumahnya.

Abu Bakar al-Hafizh mengatakan, pada zaman Sulaiman, Bani Israil mengalami masa paceklik. Mereka pergi untuk meminta hujan. Sulaiman lewat ke hadapan seekor semut yang melemparkan diri di atas panggungnya dan mengangkat tangannya ke arah langit sambil berkata, 'Ya Allah, selamatkan kami sebab sesungguhnya kami adalah salah satu di antar makhluk-Mu yang lemah. Kami tidak memiliki kekuatan, oleh karena itu, jangan binasakan kami dan jangan siksa kami karena dosa-dosa yang dilakukan orang-orang selain kami.' Tatkala Sulaiman mendengar doa semut tersebut, Sulaiman berkata kepada Bani Israil,
'Pulanglah, kalian pasti akan diberi hujan disebabkan oleh doa dari yang lain.


Sumber : http://munsypedia.blogspot.com/2013/10/misteri-kisah-hilangnya-cincin-nabi.html#ixzz3JhpSlHyc